Khutbah Pertama
إن
الحمد لله نحمده ونستعينُه ونستغْفِرُه، ونعوذُ بِالله من شرور أنفسنا ومن سيئات
أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا
الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ مُحمدًا عبده ورسوله صلى الله وسلم وبارك عليه
وعلى آله وأصحابه، ومن اهتدى بهداهم إلى يوم الدين.
Amma ba`du
Khatib mewasiatkan jama`ah sekalian dan khotib pribadi
untuk bertaqwa kepada Allah `azza wajalla, karena ketaqwaan adalah penyelamat
dari berbagai fitnah, Ujian, cobaan serta jebakan-jebakannya.
Ma`asyirol Muslimin rahimakumullah!!
Sesungguhnya Allah `azza wajall
telah menetapkan dalam sunnah-Nya untuk menguji hamba-hambanya dalam urusan agama
dan dunia mereka, agar memilah dan memilih yang baik dari yang buruk, dan agar
terlihat yang jujur dari yang berdusta. Allah `azza wajalla berfirman:
“Apakah manusia itu mengira
bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka
tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum
mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”[Al-`Ankabut
: 2-3]
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,
"Artinya, bahwa Allah `azza wajalla akan menguji hamba-hamba-Nya yang
beriman sesuai dengan kadar iman yang ada pada mereka." [Tafsir Ibn Katsir
: 6/237]
Ma`asyirol Muslimin rahimakumullah!!
Sungguh Allah `azza wajalla dan
Rasul-Nya telah memperingatkan kita dari dari berbagai macam fitnah. Allah `azza
wajalla berfirman:
وَٱتَّقُوا۟ فِتْنَةً لَّا تُصِيبَنَّ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟
مِنكُمْ خَآصَّةً ۖ
“Dan peliharalah diri kalian dari fitnah
yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim di antara kalian”. [Al-Anfal : 25].
Rasulullah ﷺ
bersabda: “Berlindunglah kepada Allah dari fitnah yang nampak maupun yang
tidak nampak”.
[Sohih al-Jami` : 2262]. Rasulullah ﷺ
juga berdoa kepada Allah `azza wajalla: “Apabila Engkau menghendaki cobaan
atas suatu kaum, maka ambillah nyawaku dalam keadaan tidak terkena cobaan”. [Ibn Abi `Ashim dalam kitab Al-Sunnah :
389]
Ma`asyirol Muslimin rahimakumullah!!
Menjauhi fitnah adalah hal yang
diperintahkan oleh syariat dan juga disarankan menurut akal sehat, karena
ketika fitnah terjadi, orang-orang yang berakal pun kesulitan untuk menjauhkan
diri dari pengaruh orang-orang yang tidak berakal, dan hanya orang yang dilindungi
Allah `azza wajalla saja yang bisa terhindar dari fitnah tersebut.
Salah satu cara yang paling
utama untuk terhindar dari fitnah adalah berpegang teguh pada al-Qur'an dan
sunnah dengan pemahaman yang sesuai dengan pemahaman Salafus Shalih.
Allah `azza wajalla berfirman: “Dan berpeganglah kamu semuanya dengan tali
Allah dan janganlah kamu bercerai-berai.” [Ali Imron : 103]. Rasulullah ﷺ
bersabda : “Berpeganglah kalian pada sunnahku dan sunnah para khulafa'ur
rasyidin yang mendapat petunjuk setelahku. Genggamlah keduanya dengan
gigi-gigimu. Dan jauhilah perkara-perkara baru, karena setiap perkara baru
adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah kesesatan.” [Sunan Abi Daud : 4607]
Cara lainnya untuk terhindar
dari fitnah adalah melakukan dan memperbanyak ketaatan serta meninggalkan
larangan-larangan Allah dan berhati-hati terhadapnya. Allah `azza
wajalla berfirman : “Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran
yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi
mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)”. [Al-Nisa : 66]. Ibnu Katsir rahimahullah
menjelaskan: “Artinya, jika mereka melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka
dan menjauhi apa yang dilarang.” [Tafsir Ibn Katsir : 2/310]
Ma`asyirol Muslimin rahimakumullah!!
Cara selanjutnya adalah dengan memperbanyak
ibadah kepada Allah `azza wajalla. Rasulullah ﷺ
bersabda: "Bergegaslah dalam beramal sebelum datangnya fitnah seperti potongan
malam yang gelap. Seseorang bisa bangun sebagai seorang mukmin di pagi hari,
tapi menjadi kafir di sore hari, atau dia bisa menjadi mukmin di sore hari,
tapi kafir di pagi hari, dia menjual agamanya dengan mendapatkan sedikit
keuntungan dunia." [Sohih Ibn Hibban : 6704]
Dan ibadah yang paling utama
adalah Doa, solat malam dan bertaqwa kepada Allah `azza wajalla. Dalam situasi
fitnah, doa menjadi ibadah yang sangat dianjurkan. Rasulullah ﷺ
bersabda: "Doa adalah ibadah". Rasulullah ﷺ
juga bersabda: “Ibadah dalam situasi kekalutan, seperti hijrah kepadaku”.
Imam Al-Nawawi rahimahullah mengatakan: “Maksud dari “kekalutan” adalah
situasi fitnah dan bercampuraduknya urusan manusia. Dan sebab adanya keutamaan
ibadah pada masa fitnah adalah karena manusia pada saat itu melupakan
ibadah-ibadah ini dan sibuk dengan urusan dunia kecuali hanya segelintir orang”.
Dalam hadis lain, Rasulullah ﷺ
terbangun pada malam hari dalam keadaan gelisah dan berkata, "Maha suci
Allah, apa yang Allah turunkan berupa rahmat-Nya dan apa yang turun berupa
fitnah. Bangunkan para penghuni kamar
(yaitu istri-istrinya) agar mereka bisa melakukan shalat. (karena) Banyak
wanita yang akan mengenakan pakaian di dunia, tapi telanjang di akhirat."
Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan: “hadis ini menunjukkan anjuran untuk berdoa dan merendahkan diri kepada Allah ketika fitnah melanda, terutama pada waktu malam, karena waktu ini adalah waktu di mana doa akan dikabulkan agar orang yang berdoa dan yang didoakan selamat dari fitnah”. Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan, "Thalq ibn Hubaib mengatakan: “Jauhilah fitnah dengan taqwa. Kemudian dia ditanya: “Berikanlah kepada kami definisi taqwa”. Dia menjawab: “Ta'at kepada Allah dengan cahaya dari Allah (ilmu) sembari mengharapkan rahmat Allah, dan meninggalkan dosa kepada Allah dengan cahaya dari Allah (ilmu), sembari takut akan azab Allah."
Ma`asyirol Muslimin
rahimakumullah!!
Agama kita yang hanif ini telah
menjelaskan kepada kita sikap yang harus diikuti saat terjadi fitnah. Di antara
perilaku yang sebaiknya diikuti adalah:
Pertama, Menjauh dan
melarikan diri dari fitnah. Nabi Muhammad ﷺ bersabda: “akan terjadi fitnah-fitnah dimana
orang yang duduk (tidak terlibat) akan lebih baik daripada yang berdiri, yang
berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan yang berjalan lebih baik
daripada yang berlari. Siapa yang menceburkan diri ke dalamnya niscaya dia akan
ditelan olehnya. Dan barangsiapa yang mendapatkan tempat perlindungan hendaklah
dia berlindung dengannya.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Fitan [7081] dan
Muslim dalam Kitab al-Fitan [2886]). Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan: “dalam
hadis tersebut terdapat peringatan terhadap fitnah, serta motivasi untuk
menghindar
dan tidak terlibat di dalamnya.
Keparahan fitnah akan bergantung pada tingkat keterlibatan seseorang dalam
fitnah tersebut”. Dengan kata lain, semakin seseorang terlibat
dalam fitnah, semakin besar kemungkinan terkena dampak buruknya. Oleh karena
itu, lebih baik menjauhi fitnah sejauh mungkin untuk melindungi diri sendiri
dari bahayanya.
Kedua, Mengembalikan masalah
kepada Ahlinya yang Allah `azza wajalla sebutkan dalam
firmannya: “Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan
ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya
kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin
mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil
Amri)”. [Al-Nisa : 83]. Syaikh al-Sa'di rahimahullah mengatakan: “ini merupakan
sebuah teguran dari Allah kepada hamba-hamba-Nya tentang perilaku yang tidak
pantas. Ketika mereka dihadapkan pada perintah atau kabar yang berhubungan
dengan masalah penting dan kepentingan umum, terutama dalam konteks keamanan
dan kesejahteraan umat, atau ketika ada situasi yang menimbulkan ketakutan,
maka seharusnya mereka memastikannya dan tidak terburu-buru menyebarkan berita
tersebut. Sebaliknya, mereka seharusnya merujuk perintah tersebut kepada
Rasulullah dan kepada para pemimpin mereka yang memiliki pemahaman, ilmu,
nasehat, akal, dan kewajaran. Mereka adalah orang-orang yang memahami
masalah-masalah dan memahami baik kepentingan serta dampaknya.”
Ketiga, Menjaga lisan. Rasulullah
ﷺ menekankan pentingnya menjaga lisan.
Beliau bersabda, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaklah dia berkata yang baik atau diam." Imam Al-Syafi'i rahimahullah
berkata: "Jika seseorang ingin berbicara, dia harus memikirkannya
terlebih dahulu. Jika manfaatnya jelas, maka dia boleh berbicara. Namun, jika dia
merasa ragu, sebaiknya diam saja hingga manfaatnya menjadi nyata."
Ya Allah, peliharalah lisan dan
anggota tubuh kami dari godaan fitnah, baik yang terlihat maupun yang
tersembunyi.
أَقُولُ مَا تَسْمَعُونَ وَأَسْتَغْفِرُ اَللَّهُ لِي وَلَكُمْ
فَاسْتَغْفِرُوهُ وَتُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدَ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى
تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ وَأَشْهَدُ أَنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيمُ لِشَأْنِهِ وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُه وَرَسُولُهُ اَلدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ صَلَّى اَللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيماً كَثِيرًا.
Amma Ba`du, Ma`asyirol Muslimin rahimakumullah!!
Agama tegak di atas dasar
mengambil manfaat dan menghindari mafsadat (kerugian). Salah satu manfaat
terbesar yang harus diperhatikan adalah menjaga darah kaum Muslim dan
menghindari agresi musuh-musuh mereka terhadap mereka, terutama dalam situasi kaum
muslimin yang sedang lemah. Pendekatan ini adalah metode yang diambil oleh
Rasulullah ﷺ ketika berada di Mekah, ketika beliau
masih dalam keadaan lemah.
Diceritakan oleh Khabbab ibn
Al-Aratt, beliau berkata: Kami mengeluh kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam ketika beliau sedang berbaring di bawah bayangan Ka’bah, berbantalkan
kain yang beliau miliki, lalu kami berkata: “Tidakkah engkau memohon
pertolongan untuk kami? Tidakkah engkau mendo’akan kami?”Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:”Sungguh ada di antara orang-orang yang beriman
sebelum kalian yang ditangkap, lalu digalikan tanah dan ditanam disana,
kemudian dibawakan gergaji dan diletakkan di atas kepalanya, lalu orang itu
dibelah dua, daging dan urat yang berada di bawah kulit disisir dengan sisir
besi, namun itu semua tidak menghalanginya dari din (agama)nya. Demi Allah,
agama ini akan sempurna, sehingga seorang pengendara bisa berjalan dari Shan’a
sampai Hadramaut dalam keadaan tidak takut kecuali kepada Allah dan
mengkhawatirkan (serangan) srigala pada kambingnya, akan tetapi kalian terlalu
tergesa-gesa”.
Ibnu Qayyim rahimahulah berkata:
"Allah Ta'ala melarang orang-orang mukmin di Mekah untuk berperang
dengan tangan, dan memerintahkan mereka untuk memaafkan, agar kemenangan mereka
tidak menjadi alasan untuk terjadinya kerugian yang lebih besar berupa
kerusakan dan kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan, Sedangkan maslahat menjaga
diri mereka, agama mereka, dan keturunan mereka jauh lebih baik daripada
kemenangan dan konfrontasi (yang menghasilkan kerusakan lebih besar."
Segala kebaikan terletak dalam
mengikuti jalan yang telah digariskan oleh Rasulullah ﷺ yang diperintahkan untuk kita ikuti. Tidak ada
yang dapat menguasai atau mengekang umat Muslim kecuali jika kita melanggar
perintah Allah dan Rasul-Nya ﷺ. Semoga Allah merahmati keadaan kita yang
lemah, dan membimbing kita kembali kepada-Nya dengan cara yang indah.
اللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ
ارْضَ عَنْ صَحَابَتِهِ وَعَنِ التَّابِعِينَ وَتَابِعيِهِم بإحسان إِلَى يَوْمِ
الدِّينِ وَعَنَّا مَعَهُم بِعَفْوِكَ وَمَنِّكَ وَكَرَمِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِينَ.
اللَّهُمَّ
أعز الإسلام والمسلمين وأذل الشرك والمشركين وانصر عبادك الموحدين.
اللهم
احفظ إمامنا وولي عهده بحفظك، واستعملهم في طاعتِك، ونُصرةِ دينِك، وارزقُهم
البطانَةَ الصالحةَ الناصحةَ يا ربَّ العالمين،
اللهم
إنا نعوذ بك من الغلاء والوباء والربا والزنا والزلال والمحن وسوء الفتن ما ظهر
منها وما بطن عن بلدنا هذا خاصة وعن سائر بلاد المسلمين عامة يا رب العالمين.
اللهم
اغفر لنا ولوالدينا ووالديهم أجمعين اللهم أجزهم عنا خير الجزاء يا كريم اللهم
اجمعنا بهم وبأحبابنا في الفردوس الأعلى يا رب العالمين.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Sumber : https://www.islamancient.com