Karakter ibu ini ditandai dengan reaksi yang sangat
eksplosif. Ia seringkali marah tanpa alasan yang jelas, apalagi dengan seorang
anak kecil yang aktif dengan pertanyaan dan kesalahan mereka. Ibu ini cenderung
selalu berinteraksi dengan anaknya dengan berteriak dan bersikap marah, membuat
anak terkejut dengan reaksi ibunya yang aneh, sementara anak tidak mengerti
mengapa ibunya selalu berteriak sepanjang waktu.
Ibu secara tidak disengaja mewarisi sifat ini pada anaknya. Sejak kecil, anak menjadi terbiasa dengan ibunya yang selalu berteriak dan bersikap fanatik, dan saat anak mulai tumbuh dan memahami sekitarnya, ia akan memiliki suara yang tinggi seperti ibunya dan hanya tahu cara berkomunikasi dengan berteriak, bahkan saat bermain suaranya selalu meninggi dengan teriakan yang kuat. Ketika anak semakin besar, ia akan menjadi seperti ibunya, selalu sulit dihadapi dan hanya percaya pada apa yang dilihatnya, seringkali mengekspresikan kemarahannya dengan menangis keras, memukul orang lain, atau merusak barang.
Karakter Ibu yang Tegas
Ketegasan tidak berarti kekejaman, tetapi berarti mengelola hidup dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan dan manfaatnya. Ketegasan tidak akan bermanfaat jika tidak disertai dengan cinta dan kasih sayang. Ibu perlu menentukan kapan harus menerapkan ketegasan atau kelembutan dalam keputusannya terhadap anak-anaknya. Ibu membutuhkan ketegasan saat waktu tidur anak, jenis makanan yang mereka konsumsi, atau ketika mereka ingin membeli barang-barang yang tidak diperlukan atau terlalu sering. Ketegasan diperlukan untuk kepentingan mereka dan untuk mengembangkan kepribadian mereka dengan cara yang benar.
Ketika seorang ibu tegas, ini akan memengaruhi pembentukan karakter anak-anaknya untuk menghormati kedisiplinan dan kewajiban. Ini akan menjadi kebiasaan pribadi mereka dan menjauhkan mereka dari kemalasan, kegagalan, dan pengabaian tugas mereka. Ini akan membentuk pribadi yang luar biasa dengan tujuan hidup yang mampu membuat keputusan yang tepat dalam hidup mereka.
Karakter Ibu yang Terlalu Cemas
Ibu ini selalu didominasi oleh rasa takut dan kecemasan
dalam sebagian besar tindakannya. Rasa khawatir ini meningkat setelah
melahirkan. Ia khawatir tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan anaknya,
bahkan khawatir saat ayahnya atau orang lain memegangnya. Saat anaknya tumbuh
sedikit, ia khawatir bahwa ia akan terluka saat bermain dengan anak-anak lain,
dan kekhawatiran ini bertambah saat ia tumbuh dan pergi ke taman bermain atau
sekolah. Ibu ini khawatir anaknya tidak makan, tidak berjalan sendiri, atau
gagal. Kekhawatiran dan kecemasan ini selalu hadir dalam hidupnya.
Ibu yang terlalu cemas tanpa disadari akan mentransfer perasaan takut ini pada anaknya. Secara alami, anak suka bereksperimen dan tidak takut pada apa pun, dan perasaan ini tidak tumbuh di dalamnya, tetapi kita yang menanamkannya di dalam dirinya. Perasaan ini tanpa diragukan akan berdampak negatif pada psikologi anak, membuatnya tumbuh dengan kepribadian lemah dan ragu-ragu, tanpa kepercayaan diri dan sering merasa takut dan tidak memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang benar.
Karakter Ibu yang Abai
Ibu ini tidak memberikan perhatian yang cukup kepada anak-anak atau rumahnya. Ia sibuk dengan pekerjaannya, teman-temannya, berbicara di telepon, belanja, dan kunjungan. Ia tidak memperhatikan waktu makan anaknya, tidak memperhatikan perilakunya, dan tidak tahu apa yang ia sukai atau tidak sukai atau apa yang ia tonton di televisi. Ia mengabaikan sebagian besar kebutuhan anaknya dan membiarkan tanggung jawabnya pada pengasuh atau ibunya sendiri.
Anak-anak mengartikan perilaku ini sebagai bentuk kebencian
atau penolakan, dan hal ini tercermin dalam perilaku mereka dengan menyukai
kesendirian dan menjauh dari atmosfer keluarga. Mereka menemukan kesenangan
hanya dalam diri mereka sendiri dan bisa saja muncul beberapa gangguan
perilaku, seperti kekerasan, keras kepala, atau ketidakberanian untuk
menghormati orang tua.
Karakter Ibu yang Terlalu Memanjakan
Ibu ini merasa bahwa mengekspresikan cinta berarti memanjakan
anaknya secara berlebihan dan merespons keinginan anaknya tanpa batas serta
menghindari menegurinya saat ia berbuat salah agar tidak merasa sedih atau
menangis. Ia tidak mengomelinya jika ia berperilaku dengan cara yang salah dan
membenarkan itu dengan alasan bahwa ia masih kecil. Ketika anaknya tumbuh dan
memahami, jika ia meminta untuk membeli sesuatu, ia akan membawanya atau jika
ia meminta untuk mengulang permainan yang dia sukai, ia akan memastikan agar
anaknya mendapatkan apa yang ia inginkan dan tidak ingin mengecewakannya.
Anak ini akan tumbuh dengan tidak suka bergantung pada dirinya sendiri dan akan selalu ragu-ragu, dan ini disebabkan oleh perilaku ibunya yang memanjakannya. Ia tidak terbiasa untuk mengambil tanggung jawab dan akan menjadi ragu-ragu dan tidak memiliki keinginan untuk terlibat dalam masyarakat.
Karakter Ibu yang Lemah
Ibu ini tidak mampu mengarahkan perilaku anak-anaknya. Ia merasa tidak memiliki kekuatan yang diperlukan untuk menghadapi kesalahan atau untuk mengambil keputusan tentang keluarganya karena takut akan suaminya, masyarakat, atau bahkan anaknya sendiri agar ia tidak merasa terlalu keras terhadapnya. Oleh karena itu, ia lebih suka diam dan tidak mengambil sikap apa pun, atau kita akan menemukannya menuruti pendapat orang lain.
Karakter ini membuat anaknya bingung dan tidak dapat membedakan antara benar dan salah, karena ia tidak mendapatkan arahan apapun. Ia akan tumbuh dengan kepribadian yang bingung dan tidak suka berbicara terus terang, dan akan tumbuh dengan perasaan malu, negatif, dan tidak ingin terlibat dalam masyarakat.
Terakhir, ketahuilah bahwa sebagian besar karakteristik kepribadian anak terbentuk selama lima tahun pertama hidupnya, yang sebagian besar diperoleh dari interaksinya dengan Anda. Oleh karena itu, berusaha untuk mengontrol perilaku Anda terlebih dahulu dan berkomitmen untuk menjaga keseimbangan dalam segala hal yang berkaitan dengan hubungan Anda dengan anak Anda.
Sumber : Grup Telegram Nasha`ih Zaujiyah Wa Ahkam Usariyah